Welcome to my blog :)

Jumat, 22 Oktober 2010

We know nothing and we know all thing


We know nothing and we know all thing

Selama perjalanan dalam kehidupan yang kita jalani ini, banyak sekali pelajaran yang kita peroleh dari dunia ini, mulai dari ilmu pengetahuan, ilmu agama, dan lain sebagainya. Karena memang itulah tujuan hidup manusia yang sebenarnya, karena tanpa ilmu tentu saja manusia tidak akan pernah berkembang ke arah yang lebih baik dan tentunya akan sama saja dengan binatang dan makhluk hidup lainnya, yang diibaratkan hanya bisa melangkah tanpa tahu arah dan tujuan yang pasti. Oleh karena itu manusia dibekali akal dan budi, agar memiliki derajat yang lebih tinggi dari makhluk hidup yang lain, yang diciptakan oleh Tuhan Sang Pencipta.Tentu saja Tuhan memberikan akal dan budi kepada manusia bukan hanya agar derajat manusia lebih tinggi dari makhluk hidup yang lain, melainkan Tuhan memiliki tujuan yang lain, yaitu agar manusia bisa taat dan menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya serta dapat merawat dan mengembangkan apa yang telah Ia ciptakan ke arah yang lebih baik.Tapi kalau kita lihat belakangan ini keadaan di bumi kita saat ini sudah menjadi semakin buruk dimana banyak sekali manusia yang menghiraukan segala laranganNya dan semakin meninggalkan segala yang diperintahNya, sehingga keadaan di bumi kita bukan berkembang ke arah yang lebih baik melainkan ke arah yang sebaliknya.
 Hal ini pun tidak luput karena adanya pengaruh dari kemajuan tekhnologi yang berkembang sangat pesat yang mengakibatkan banyak sekali manusia menciptakan sesuatu hal, dimana yang terjadi membuat mereka akan membanggakan dirinya sendiri dan akan menganggap dirinya menyamai Tuhan, inilah yang mengakibatkan kekeliruan terbesar saat ini. Tentunya jika kita  mengkaji ulang sepintar dan sebagus apapun, kita hanya akan menciptakan sesuatu yang tentunya tidak akan sebanding atau menyamai dengan apa yang diciptakan ole Tuhan untuk kita yang hidup di dunia ini. Seperti pikiran contohnya, dimana tanpa  pikiran yang diberikan Tuhan kepada kita tentunya kita tidak akan dapat menciptakan sesuatu. Kembali lagi ketema yang akan saya buat dalam blog ini, yaitu “we know nothing and we know all thing” kira-kira apa arti dari kalimat ini, bila di artikan dalam bahasa Indonesia “ we know nothing”  berarti kita tidak tahu apa-apa dan bila “ we know all thing” dapat diartikan bahwa kita tahu segalanya. Jika kita diharuskan untuk memilih, kita yang tidak mengerti maksud dari kedua kalimat tersebut tentunya akan memilih “we  know all thing”, tanpa tahu bahwa kalimat “ we know nothing “ memiliki arti yang lebih dari yang kita ketahui. Oleh karena itu saya akan menjelaskan mengenai arti dari kedua kalimat tersebut.
 Dimulai dari “ we know all thing “. Bila kita menjadi seorang yang tahu akan segala hal tentunya kita akan memiliki perasaan puas diri dengan apa yang kita miliki tanpa mau berkembang kea rah yang lebih baik lagi. Hal itu dikarenakan kita merasa sudah mengerti segala hal dan tidak membutuhkan hal yang lainnya. Padahal sikap tersebut tidaklah baik, karena hal itu dapat mematikan kretifitas kita. Lalu bila seseorang menjadi “we know nothing” berarti dia tidak tahu tentang hal apapun, dan  bila ini terjadi pada kita tentu kita akan mencari tahu sesuatu yang ingin anda ketahui itu, sedangkan bila anda sudah merasa menjadi seseorang yang we know all thing berarti anda seseorang yang takabur, dimana anda sudah merasa mengetahui segala hal. Dan  bila ini yang menjadi prinsip kita untuk masa depan, saya yakin kita akan kalah dari seseorang yang we know nothing di masa depan. Mengapa demikian? Secara logika kita dapat mengartikan seperti ini, jika kita sudah merasa menjadi seseorang yang we know all thing tentu saja kita sudah merasa menjadi orang yang paling pintar dan tidak mau mendengarkan pendapat orang lain, anda juga tidak akan mau lagi belajar untuk sesuatu hal yang baru, kita tidak akan pernah bertanya pada siapapun dan yang pasti kita akan menjadi seseorang yang sombong. Sebaliknya  jika kita masih merasa seorang yang we know nothing, kita akan selalu mecari tahu tentang hal-hal yang baru, kita akan terus dan terus belajar mengenai hal-hal  yang baru, kita akan banyak bertanya kepada orang lain, serta kita akan mempunyai motivasi tinggi untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya.
Dalam memperoleh pendidikan itu sendiri kita tidak haya mendapatkannya di sekolah, melainkan kita dapat memperolehnya dari perjalanan hidup yang kita dapatkan. Pendidikan itu sendiri dibagi menjadi dua yaitu :
1.    Pendidikan formal
Merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, hingga pendidikan tinggi.
2.    Pendidikan informal
Merupakan pendidikan yang di luar sekolah. Yakni pendidikan dasar adalah TPA atau tempat pendidikan Al – Quran, yang banyak terdapat di mesjid atau sekolah minggu yang terdapat di gereja. Selain itu juga terdapat berbagai kursus, diantaranya kursus musik, bimbingan belajar dan sebagainya.
Dalam dunia yang terus berkembang, kita dituntut untuk terus belajar dan menggali informasi yang lebih banyak. Adapun banyak cara yang bisa kita lakukan dalam menggali informasi baik itu membaca, bergaul, bermain, dsb. Kita bisa mendapatkan informasi bahkan belajar akan suatu hal. Kita harus dapat membuka wawasan kita ke lingkungan sekitar, yakni kita harus membuka mata dan telinga akan apa yang ada di sekitar kita karena apa yang kita dapatkan di sekolah maupun perkuliahan tidak akan bermakna jika kita tidak mengaplikasikannya di masyarakat. Di era globalisasi ini setiap individu memang dituntut lebih kreatif, dimana kekreatifitasan ini tentu bisa didapatkan dari masyarakat. Orang yang menutup mata-telinganya akan apa yang ada dan terjadi di masyarakat tidak akan pernah berkembang. Menutup mata-telinga maksudnya adalah tidak mau mencari akan informasi dari lingkungan sekitar, baik itu dalam dunia nyata maupun di dalam dunia maya.
Belajar tentu harus memiliki motivasi tertentu, mengapa demikian? Hal ini dikarenakan belajar haruslah berdasarkan niat dari diri individu itu sendiri. Dengan adanya niat yang kuat akan muncul suatu motivasi yang membuat belajar menjadi semakin mengasyikan. Belajar yang monoton akan menimbulkan suatu kejenuhan. Inilah yang sedang marak terjadi di pendidikan Indonesia. Begitu banyak tuntutan kepada murid baik itu tugas maupun materi pada kurikulum yang padat dan berubah-ubah. Saat saya di SMA, guru saya pun ikut kerepotan akan kurikulum pendidikan yang padat dan kerap kali berubah. Menurut saya situasi seperti inilah yang membuat siswa-siswi stress, terbebani dalam belajar, dsb. Hal tersebut bisa kita lihat dari perilaku siswa-siswi di sekolah seperti: bolos sekolah, nongkrong setelah pulang sekolah (dengan anggapan untuk refreshing), dsb. Mungkin ada benarnya kalau belajar itu tidak boleh seenaknya saja, namun kita seharusnya mencontoh negara maju yang memiliki system pendidikan lebih efektif. Dimana sistem pendidikan tersebut tidak akan membebani siswa-siswinya dalam menimba ilmu. Adapun contoh dari sistem pendidikan yang lebih efektif pada negara maju yakni di negara Jepang. Berikut adalah salah satu sekolah menengah atas ternama di negeri matahari tersebut :

SMA Nakamura merupakan SMA dengan level menengah ke atas. SMA Nakamura berdiri pada tahun 1953 dan seperti halnya sekolah-sekolah yang lain di Jepang memiliki fasilitas sekolah yang lengkap. SMA Nakamura adalah SMA yang menganut sistem full time course dengan hari belajar dari Senin hingga Jumat, dan bertujuan untuk mengarahkan lulusannya melanjutkan ke PT. Ada 935 siswa yang sedang belajar di SMA Nakamura, terdiri dari 8 kelas untuk masing-masing tingkatan. Masing-masing kelas terdiri dari 40 orang siswa. Mereka diajar oleh 61 guru tetap dan 19 guru honorer. Sebagaimana SMA lainnya di Jepang, jam pelajaran pertama dimulai pada pukul 8:45, dan jam pelajaran terakhir (jam ke-6) berakhir pada pkl 15.15. Terdapat 31 jam pelajaran selama 5 hari belajar, yaitu masing-masing 6 jam, dan perkecualian untuk hari Rabu terdapat 7 jam pelajaran. Satu jam pelajaran lamanya 50 menit.
Salah satu ciri khas SMA Nakamura adalah Reading Session yang diselenggarakan untuk kelas 1 dan 2. Pada kegiatan ini masing-masing kelas dianjurkan untuk memilih satu buku yang akan didiskusikan bersama di dalam kelas. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang luas dan saling pengertian antarsiswa dalam mengeluarkan pendapat dan mengapresiasi pendapat orang lain. SMA Nakamura telah menjalin program Sister School dengan Melbourne Girl School (Australia).  Juga mengikutkan siswanya dalam program Summer Camp di US. Beban biaya program pertukaran siswa ditanggung sepenuhnya oleh orang tua, dan ini merupakan program yang ditawarkan kepada siswa. Tampaknya berlaku sama di semua sekolah bahwa kesempatan untuk mengikuti program pertukaran pelajar adalah beban yang dilimpahkan kepada orang tua, dan secara otomatis hanya dapat diikuti oleh keluarga dengan ekonomi yang memadai.
SMA Nakamura juga mengundang mahasiswa asing yang sedang belajar di berbagai universitas di Nagoya untuk memberikan informasi tentang negaranya kepada siswa-siswa melalui program pertukaran budaya. Dalam kaitannya dengan upaya mengenalkan siswa kepada kehidupan pasca SMA, diadakan program Nakamura Mirai Juku, yang melibatkan alumni SMA Nakamura untuk memberikan kuliah tentang bidangnya.
Berikut contoh dari sistem belajar yang efektif dari negara Jepang. Negara kita memang secara keseluruhan belum mampu mencontoh dari sistem negara tersebut, tetapi akan lebih baik jika dapat meniru hal-hal yang baik dari sistem belajar tersebut secara sedikit demi sedikit agar negara kita dapat berkembang pesat dengan sunber daya manusianya yang berkualitas. Belajar untuk hidup dan hidup untuk belajar adalah kata yang mempunyai makna sama yang intinya sebagai manusia yang mempunyai akal pikiran akan terus menerus belajar karena ilmu itu tidak akan habisnya.Tanpa belajar orang tidak akan mungkin bisa hidup, orang yang tanpa ilmu tentu tidak akan ada gunanya, tidak pula ada harganya karena dari seberapa ilmu yang kita punya disitulah kita di hargai.
Nah, Anda tidak mengetahui apapun atau anda sudah merasa mengetahui semuanya ?
Saya sendiri masih merasa tidak mengetahui apapun dan masih terus mencari tahu tentang sesuatu, hal-hal baru, dan menggali ilmu sebanyak-banyaknya yang jumlahnya tak terbatas didunia ini.
“Better know nothing than half-know many things”
Maksud dari ungkapan diatas adalah lebih baik tidak tahu apa-apa dari pada setengah tahu banyak hal. Dengan tidak tahu apa-apa, maka kita akan bergerak untuk mencari tahu. Kita akan bergerak untuk menggali informasi tentang sesuatu yang ingin kita ketahui. Kita akan berusaha untuk memperdalam pengetahuan tentang sesuatu tersebut.

Setelah kita cukup tahu, maka kita akan mengekspresikan atau menindak lanjuti pengetahuan kita tersebut didalam kehidupan sehari-hari.
Berebeda jika “We half-know many things”, kita tahu banyak hal, namun hanya setengah-setengah atau tidak sepenuhnya tahu. Kita hanya sekedar tahu, namun tidak melakukan tindakan atas pengetahuan-pengetahuan yang kita miliki.
Apalah gunanya memiliki pengetahuan yang banyak apabila kita tidak melakukan tindakan apapun. Ilustrasinya sebagai berikut. Di lingkungan kampus, pihak pengelola kampus sudah memasang peringatan untuk tidak merokok di area kampus, peringatan tersebut sudah terpampang jelas dan tentunya semua mahasiswa tahu mengenai peringatan tersebut. Namun didalam  kenyataanya masih banyak mahasiswa yang tetap saja merokok di area kampus. Tanpa memandang aturan tersebut.
Nah, hal ini berarti mahasiswa sebenarnya tahu bahwa mereka dilarang merokok diarea kampus. Tetapi mahasiswa tersebut tidak sepenuhnya tahu mengapa pihak pengelola melarang mereka merokok diarea kampus. Yang mereka tahu hanyalah larangan, tanpa mereka ketahui mengapa larangan tersebut diberlakukan. Mahasiswa tidak mau tahu akibat-akibat yang ditimbulkan dari perbuatan merokok tadi. Mereka tidak mau tahu bahwa dengan merokok, dapat membahayakan orang lain, merugikan orang lain,menyusahkan orang lain. Perokok pasif lebih berbahaya daripada perokok aktif. Hal ini yang  saya maksud dengan membahayakan orang lain, dengan perbuatan merokok berati kita membahayakan kesehatan orang lain, membahayakan jiwa orang lain dan tentunya merugikan orang lain karena mereka membayar biaya kesehatan akibat perbuatan kita. Setelah merokok, biasanya mahasiswa mematikan rokoknya dengan menempelkan dilantai dan meninggalkan bekas atau noda pada lantai. Cleaning service akan kesulitan untuk membersihakan noda tadi yang berarti juga menyusahkan orang lain.
Memang di dunia ini tidak ada manusia yang terlahir sempurna, hanya Tuhan yang memiliki kesempurnaan sedangkan kita sebagai manusia hanya makhluknya yang tentunya banyak memiliki kekurangan, jadi saya berharap janganlah kita sekali-kali berfikir bahwa kita adalah seseorang yang “we know all thing”, karena sebenarnya hanya sang penciptalah yang berhak atas hal itu, dan untuk manusia tidak akan pernah ada yang menjadi seorang we know all thing, karena ilmu di dunia ini tidak ada batasnya, jadi selalulah berendah diri dengan menjadi manusia yang “we know nothing”,karena memang itulah kenyataan yang apa adanya.
Sebenarnya kalimat “We Know Nothing” juga tidak dapat dibenarkan secara seratus persen. Kalimat ini bisa menimbulkan keragu-raguan bagi orang yang membacanya. Apakah mungkin bila ilmuwan terkenal seperti Albert Einstein dan Thomas Alpha Edison dapat kita katakan sebagai orang yang tidak mengerti apapun? Bila mereka tidak mengerti apapun, bagaimana mereka bisa menciptakan rumus-rumus perhitungan matematika dan fisika, bom atom yang ledakannya sangat dahsyat, mesin uap pertama kalinya, serta listrik yang kita gumakan sampai saat ini? Dan yang lebih parahnya lagi, bila orang-orang seperti mereka saja masih dianggap sebagai orang yang tidak mengetahui apapun, maka bagaimana dengan kita yang hanya bisa diam?

Mungkin setelah anda membaca pendapat saya tentang kalimat “We Know Nothing”, anda akan berpikir bahwa kalimat “We Know All-Things” adalah kalimat yang tidak pantas diucapkan oleh makhluk ciptaan Tuhan.

We Know All-Things” memang tidak pantas diucapkan oleh makhluk ciptaan Tuhan. “We Know All-Things” dapat diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia yang berarti kita mengetahui segala hal.  Terlihat agak sombong dan terkesan menyamai Tuhan sebagai Sang Pencipta.

Tetapi seperti yang telah saya katakan sebekumnya, “bila seseorang tidak mengetahui apapun, saya yakin orang tersebut tidak bisa bertahan hidup”. Bagaimana tidak? Sebagai contoh, seseorang tidak mengerti apa itu lapar. Dia tidak mengerti apa itu lapar, apalagi bagaimana caranya agar orang tersebut tidak mati kelaparan? Sama halnya seperti ayam dengan telur. Jika ayam saja tidak mengerti darimana telur itu berasal, bagaimana bisa ayam tersebut bisa mengetahui dirinya sendiri berasal dari telur?

Kembali ke dampak sosial, karena pada dasarnya tulisan ini saya buat untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu social dasar. Pernahkah anda memperhatikan atau paling tidak melihat orang yang sombong? Sedikit atau banyak, mereka pasti tidak disenangi oleh orang –orang yang ada di sekelilingnya,  kemudian orang itu pasti akan dijauhi atau dikucilkan dari lingkungan sekitarnya. Sama halnya ketika anda berpikiran bahwa anda adalah orang yang mengetahui segala hal. Mengapa saya bisa berkata demikian? Saya akan berikan sebuah cerita atau ilustrasi kepada anda.

Misalnya saja anda memiliki seorang teman yang memang sudah ditakdirkan untuk tahu segalanya (atau paling tidak teman anda tersebut menganggap bahwa dirinya sudah mengetahui segala hal). Ketika anda memberikan berita, pengumuman, gossip, kabar, atau informasi kepadanya, maka apa yang akan terjadi? Maka dengan entengnya teman anda akan menjawab, “Saya udah tau kok”. Setiap anda memberikan informasi atau berita yang anda anggap paling baru, teman anda selalu memberikan jawaban seperti itu. Kira-kira, apakah anda senang diperlakukan seperti itu? Saya rasa tidak! Malahan anda bisa-bisa jadi membenci teman anda tersebut. Jika terjadi hal seperti ini, maka teman anda tersebut bisa dibilang gagal berinteraksi dengan lingkungan dan orang-orang disekitarnya. Proses interaksi antar manusia yang paling sederhana menurut saya adalah bertanya dan menjawab. Jika anda belum ditanya tetapi sudah tahu jawaban dari pertanyaan tersebut, akankah interaksi sosial bisa terjadi? Tentu saja interaksi tersebut tidak akan pernah terjadi. Dan tentunya anda alan menjadi makhluk yang invidualis.
Kita telah membahas apa maksud dari “ we know nothing “ , dan belajar adalah kata kuncinya . Lalu bagaimana dengan “ we know all thing “ . Mengapa mengetahui segala hal tidak jauh lebih baik daripada mempelajari berbagai macam hal ? Mengetahui berbagai macam hal adalah hal yang didambakan oleh setiap orang . Karena dengan begitu menandakan orang yang cerdas , pandai , berwawasan luas , dan sebagainya . Tetapi terkadang orang yang sudah mengetahui segala macam hal akan menjadi sombong dan tidak mau mendengarkan orang lain di sekitarnya karena dia merasa dirinya telah mencapai titik puncak dari suatu ilmu pengetahuan . Padahal ilmu pengetahuan itu tidak ada batas nya , ilmu pengetahuan akan bersembang seiring dengan berjalannya waktu.

“ Jika kau hanya melakukan apa yang kau tahu bisa kau kerjakan , kau tidak akan bisa berbuat lebih.” (Tom Krause)

Kalimat itu jelas menggambarkan jika kita hanya melakukan apa yang kita bisa dan kita ketahui saja maka kita tidak akan mendapatkan hal yang baru dan hal yang berguna lainnya yang belum kita ketahui . Mencoba hal baru adalah hal yang dianjurkan dalam quotes ini , karena dengan mencoba hhal baru dan belum pernah kita lakukan maka akan memberikan pengetahuan baru yang tentunya akan berguna bagi masa depan kita nantinya . Seperti yang kita tahu pengalaman adalah guru yang paling baik , maka dari itu dengan mencoba berbagai hhal kita akan mendapatkan pengalaman – pengalaman yang akan membuat  kita semakin pandai dan menjadi orang yang matang.

JANGAN TAKUT GAGAL
Untuk menjadi seorang  yang “ we know nothing “ kita dituntut untuk tidak pernah putus asa dalam mencari ilmu. Karna jika menadi orang yang mudah berputus asa atau gampang menyerah kita tidak akan pernah berkembang. Dan bila pun kita gagal kita tidak boleh berhenti sampai disitu saja, melainkan kita harus belaar dari kegagalan tersebut. Berikut salah satu tokoh yang patut kita teladani dalam sikapnya yang tidak mudah menyerah dan belajar dari kegagalannya untuk mencapai suatu keberhasilan, dimana hasil dari kerja kerasnya membawa dampak yang baik bagi umat manusia. Tokoh tersebut yaitu Thomas Alfa Edison.

Thomas Alfa Edison, penemu lampu, pada mulanya dianggap bodoh oleh gurunya, sehingga dia dikeluarkan dari sekolahnya. Ibunya memutuskan untuk mengajari sendiri anaknya, karena tak ada sekolah yang mau menerimanya.
Karier penemuannya diawali setelah membaca buku School of Natural Philosophy karya RG Parker (isinya petunjuk praktis untuk melakukan eksperimen di rumah) dan Dictionary Of Science. Ibunya lalu membuatkan sebuah Laboratorium kecil buat dia.
Penemuan terbesarnya adalah Lampu pijar. Namun sebenarnya Thomas Alfa Edison telah menemukan banyak alat dan telah dipatenkan. Penemuan yang dipatenkannya tercatat sebanyak 1.093 buah.
Pada saat menemukan Lampu Pijar ini Thomas Alfa Edison mengalami kegagalan sebanyak 9.998 kali. Baru pada percobaannya yang ke 9.999 dia berhasil secara sukses menciptakan lampu pijar yang benar-benar menyala terang. Pada saat keberhasilan dicapainya, dia sempat ditanya: Apa kunci kesuksesannya. Thomas Alfa Edison menjawab: “SAYA SUKSES, KARENA SAYA TELAH KEHABISAN APA YANG DISEBUT KEGAGALAN”. Bayangkan dia telah banyak sekali mengalami kegagalan yang berulang-ulang. Bahkan saat dia ditanya apakah dia tidak bosan dengan kegagalannya, Thomas Alfa Edison menjawab: “DENGAN KEGAGALAN TERSEBUT, SAYA MALAH MENGETAHUI RIBUAN CARA AGAR LAMPU TIDAK MENYALA”. Luar biasa, Thomas Alfa Edison memandang kegagalan dari kaca mata yang sangat positif. Kegagalan bukan sebagai kekalahan tapi dipandang dari sisi yang lain dan bermanfaat, yaitu mengetahui cara agar lampu tidak menyala.
Cara pandang positifThomas Alfa Edison, tidak menyurutkan semangat, bahkan tetap mampu meyakinkan orang lain untuk mendanai “Proyek Gagal” nya yang berulang-ulang. Ini juga satu hal yang luar biasa. Adakah kita mampu menyakinkan orang untuk mendanai riset kita yang telah gagal berulang-ulang? Tentu bukan pekerjaan yang mudah bukan?
Mari kita belajar banyak dari Thomas Alfa Edison ini. Karna orang yang “ we know nothing” adalah orang yang mau belajar, berusaha dan pantang menyerah seperti Thomas Alfa Edison. Dan sudah sepatutnya pula kita juga harus beruang dalam menalani hidup masing-masing. Di dalam tulisan ini juga saya tidak mengharuskan anda untuk memilih sebagai orang yang “ we know nothing”, karna tentunya anda bebas memilih seperti apakah diri anda masing=masing.

Jenius adalah 1% inspirasi dan 99% keringat.
Genius is one percent inspiration and ninety-nine percent perspiration.
Thomas Alfa Edison
( sumber : kresno-setyoputro.blogspot.com/.../we-know-nothing-atau-we-know-all-things , cianz.wordpress.com/.../we-know-nothing-or-we-know-all-thing/, alxsandy.wordpress.com/.../we-know-nothing-is-better-than-we-know-allthing/, www.katamutiara.info/kmi.php?...Thomas%20Alfa%20Edison, grandchief.com/info.../belajar-kegagalan-dari-thomas-alfa-edison/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar