Masyarakat di lereng barat Gunung Merbabu, melakukan tradisi merayakan lebaran yang disebut "Sungkem Telompak" bertepatan dengan 5 Syawal 1431 Hijriyah di Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Secara fisik saat tradisi ini berlangsung, masyarakat dua dusun bertemu dan berhalal bihalal, tetapi secara spiritual mereka menjalankan semangat untuk melestarikan lingkungan terutama mata air 'Telompak'
Tradisi ditandai dengan kedatangan ratusan warga Dusun Kediten, Desa Pogalan dipimpin Kepala Desa Sudarno Sardi dan pemuka masyarakat setempat ke Dusun Gejayan.
Mereka yang berasal dari Dusun Kediten mengenakan pakaian adat Jawa dan kostum kesenian tradisional " Campur Bawur"antara lain ditandai dengan dua properti payung "songsong" derwarna kuning,bendera Merah Putih, kuda kepang, tombak, pedang, tameng dengan tabuhan seperti "truntung", "jedhor", dan kenong yang tiba di rumah Purwo Sugiyo yang juga seorang juru kunci mata air Telompak. Dimana isi gelaran kesenian tradisional "Campur Bawur" di mata air tersebut yakni berdoa dan memasang sesaji dengan dipimpin juru kunci tempat itu. Sejumlah grup kesenian juga ikut meramaikan acara ini.
Hingga saat ini tradisi tersebut menjadi puncak keramain masyarakat setempat dalam merayakan lebaran dan berkat tradisi ini pula masayarakat setempat kemudian merawat sumber mata air Telompak.
(sumber: KOMPAS.com)
Secara fisik saat tradisi ini berlangsung, masyarakat dua dusun bertemu dan berhalal bihalal, tetapi secara spiritual mereka menjalankan semangat untuk melestarikan lingkungan terutama mata air 'Telompak'
Tradisi ditandai dengan kedatangan ratusan warga Dusun Kediten, Desa Pogalan dipimpin Kepala Desa Sudarno Sardi dan pemuka masyarakat setempat ke Dusun Gejayan.
Mereka yang berasal dari Dusun Kediten mengenakan pakaian adat Jawa dan kostum kesenian tradisional " Campur Bawur"antara lain ditandai dengan dua properti payung "songsong" derwarna kuning,bendera Merah Putih, kuda kepang, tombak, pedang, tameng dengan tabuhan seperti "truntung", "jedhor", dan kenong yang tiba di rumah Purwo Sugiyo yang juga seorang juru kunci mata air Telompak. Dimana isi gelaran kesenian tradisional "Campur Bawur" di mata air tersebut yakni berdoa dan memasang sesaji dengan dipimpin juru kunci tempat itu. Sejumlah grup kesenian juga ikut meramaikan acara ini.
Hingga saat ini tradisi tersebut menjadi puncak keramain masyarakat setempat dalam merayakan lebaran dan berkat tradisi ini pula masayarakat setempat kemudian merawat sumber mata air Telompak.
(sumber: KOMPAS.com)